6:39:00 AM
0


Suatu ketika sang bocah kecil bermain dengan teman teman nya, ia melihat teman teman nya memiliki mainan baru yang cukup mahal. Ia diam dan hanya jadi penonton yang asik melihat teman nya memainkan mainan itu. Ia coba merayu temannya dengan baik agar ia dipinjamkan mainan itu "kawan aku pinjam mainan mu boleh?". Saking asiknya perkataan si bocah itupun tak dihiraukannya. Bocah itu kembali mengulang dengan nada semakin memelas, tapi apa daya perkataan nya tak pernah di dengar. 

Singkat cerita bocah itupun berlari kecang untuk pulang dengan wajah sedih. Sesampainya di rumah ia mengeluh pada ibunya tentang apa yang terjadi. Bocah itu memaksa ibunya membelikan mainan seperti apa yang dimiliki teman nya agar ia bisa kembali bermain. Ibu itu bingung bangaimana membeli mainan semahal itu sedangkan untuk makan saja terkadang harus meminjam pada tetangga. "Nak nanti ibu belikan yah, tapi tidak sekarang. Kalau ibu sudah punya uang pasti langsung ibu belikan". Dengan nada kesal dan marah bocah itu memaksa keras dan marah "ibu jahat, ibu pelit, ibu gak sayang sama aku" . . . . 

Terkadang kita seperti anak-anak yang egois dan arogan. Hanya karna satu titik noda hitam di atas kertas putih kita melupakan luasnya putih kertas tersebut. Hanya satu kesalahan atau bahkan satu pemikiran negatif kita melupakan semua kebaikan orang lain. Alangkah baik nya jika kita bisa menjadi sosok seperti ibu tersebut, sabar dan berusaha untuk tetap memberikan apa yang di ingin kan si bocah tersebut. Tapi jika ibu tersebut kecewa, maka ia tak akan lagi baik pada bocah itu. Bagaimana tidak ia sudah mepertaruhkan nyawa nya untuk melahirkannya. Begitu pula orang di sekitar kita, jika kita hanya melihat satu titik noda hitam tersebut mereka akan kecewa dan pergi dengan pengorbanan yang penah ia lakukan. 

Semoga kita bisa menghargai orang-orang di sekitar kita dan semoga kita bisa lebih fokus dengan luasnya kertas putih tersebut.

Semoga bermanfaat :) 

0 komentar:

Post a Comment